Redupnya Cahaya di Mata Sang Dara

2 minggu 3 hari yang lalu, terjadi peristiwa yang sangat memilukan bagi kita semua bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, seorang penerus bangsa tewas akibat kekejian 13 orang pelaku. Ironisnya, enam di antara mereka masih remaja, bahkan dua di antaranya masih mengenyam pendidikan di bangku SMP.

Yuyun adalah seorang pelajar SMP dari Bengkulu. Dia dikenal sebagai anak yang cerdas. Banyak piala dan piagam yang telah didapatnya karena prestasi di sekolah. Yuyun biasanya menduduki peringkat 1, 2 maupun 3.

Tak hanya cerdas, Yuyun juga dikenal sebagai anak yang taat beragama. Dia selalu pergi mengaji setiap sore ke masjid dekat rumahnya. Karena kepandaiannya dalam mengaji, ia juga pernah mendapatkan piala. Tidak hanya mengaji, ia juga sering membantu untuk membersihkan halaman masjid.

Itulah beberapa alasan betapa pedihnya hati keluarga Yuyun, terutama kedua orangtuanya, saat mengetahui bahwa Yuyun telah meninggalkan mereka. Mereka merasa sangat kehilangan. Keluarga Yuyun bukanlah keluarga yang berkelimpahan harta benda. Karena itu, hanya anak lah yang dapat mereka jaga dan banggakan.

Tragis, dimana ia diperkosa dan dipukuli hingga hembusan nafas terakhirnya. Tubuhnya pun ditingalkan dalam semak-semak ditutupi dedaunan. Pantaskah seseorang diperlakukan seperti itu?

Tiga belas pelaku saat itu seperti dibutakan mata hatinya oleh tuak. Ya, sesaat sebelum mereka merampas kehormatan Yuyun, mereka menggunakan uang Rp 40.000,00 untuk membeli tuak. Tak hanya itu, mereka juga menonton video yang membangkitkan nafsu mereka.

Ketika Yuyun baru saja pulang dari sekolahnya, ia pun dicegat oleh salah seorang pelaku. Ia pun diseret masuk ke dalam kebun. Disitulah peristiwa itu terjadi. Tiga belas pemuda menjadi gelap mata. Yuyun pun meronta-ronta, berusaha melepaskan dirinya. Namun sayangnya, tubuh kecil Yuyun tak dapat melawan buasnya perilaku mereka. Parahnya, setelah mereka melakukan kejahatan tersebut, pelaku pun kembali ke rumah masing-masing seolah kejadian naas tersebut tidak pernah terjadi. Kabar bahwa Yuyun telah hilang pun tersebar. Setelah dua hari pencarian, barulah mayat Yuyun ditemukan.

Ironisnya?

Para pelaku berada dalam pencarian tersebut. Mereka ikut “mencari” kemana hilangnya Yuyun. Bahkan, salah satu dari mereka turut membantu penggalian kubur Yuyun. Semua mereka lakukan agar perbuatan keji mereka tidak diketahui oleh kepolisian. Namun seperti kata orang-orang dahulu, sepintar-pintarnya menyembunyikan bangkai, baunya pasti akan tercium juga.

Kepolisian pun akhirnya menangkap kedua belas pelaku setelah lima hari penyelidikan. Satu pelaku masih menjadi buronan hingga sekarang. Kedua belas pelaku dikenakan pasal berlapis dengan hukuman rata-rata 10 tahun penjara.

SIAPA YANG HARUS DISALAHKAN?

Yuyun kah?

Tidak. Yuyun hanya menjalani kehidupan layaknya pelajar SMP lainnya. Yuyun belajar dengan giat untuk masa depan, yang sayangnya belum dapat diraihnya.

Orangtua Yuyun kah?

Tidak. Mereka sudah mendidik anaknya menjadi pelajar yang baik dan menjadi manusia yang berakhlak mulia. Mereka telah menjaga anak perempuan mereka satu-satunya, walaupun kali ini mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Pelaku kah?

Mungkin.

Mungkin ya. Mereka seharusnya tidak meminum-minum tuak, apalagi di antara mereka masih ada yang di bawah umur. Mereka juga seharusnya tidak menonton video yang dapat merusak mentalitas mereka. Mereka seharusnya tidak membunuh orang lain, yang dalam kasus ini ialah Yuyun.

Tetapi…

Mungkin juga tidak. Bukankah mendapat minuman yang dapat membuat mabuk dengan harga Rp 40.000,00 tergolong murah? Mengapa minuman tersebut dapat dengan mudah di dapat? Mengapa video tersebut dapat dengan mudah di akses? Apakah mereka salah jika mereka membunuh, ketika mereka tidak sadarkan diri dan berada di bawah pengaruh alkohol?

salah Pemerintah kah?

Mungkin ya dan mungkin tidak. Kurang kah pengawasan terhadap minuman beralkohol dan akses terhadap video porno? Kurang kah pendidikan agama di sekolah? Kurang kah hukuman kepada pelaku.

Hanya Tuhanlah yang dapat menjawabnya. Kita sebagai manusia hanya bisa berdoa dan berharap, supaya keadilan dapat ditegakkan. Tak lupa juga, kita harus mengambil pelajaran dari peristiwa ini.

Perbanyaklah beribadah. Saling menjagalah satu sama lain. Taatlah kepada peraturan yang ada.

Yuyun telah jauh pergi. Terbang ke balik awan. Entah, tersenyumkah ia saat ini? atau ia sedang menghapus tetesan dari pelupuk matanya? Marilah kita mendokan supaya kasus ini dapat diselesaikan dengan seadil-adilnya dan supaya keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan.

Amin.

 

Original Cover : Google Image

Edited Cover by : George Michael Gea

George Michael Gea

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *