Bosan dengan Sejarah

Halo P-assangers! Beberapa hari yang lalu kita merayakan Hari Sumpah Pemuda. Kalian pasti taukan Sumpah Pemuda itu apa? Bicara tentang sumpah pemuda, tidak lepas dari sejarah Indonesia secara keseluruhan yang kita pelajari di pelajaran IPS di SD dan SMP atau pelajaran Sejarah Indonesia di SMA.

Kita semua pasti pernah sama-sama mempelajari sejarah kemerdekaan Indonesia sejak duduk di bangku SD sampai sekarang di SMA. Dari dulu yang dipelajari, yang dihafalkan, yang diujiankan selalu itu-itu saja. Penjajahan dan perjuangan Indonesia mengusir penjajah dengan segala perang dan perjanjiannya. Semuanya memiliki cerita yang hampir sama. Penjajah menyerang Indonesia, pemuda-pemudi Indonesia menyerang balik, penjajah kewalahan sampai akhirnya mereka mengajak Indonesia membuat perjanjian, lalu perjanjiannya mereka langgar. Indonesia diserang lagi, pemimpin perlawanan diajak berunding lalu ditangkap. Akhirnya? Indonesia kalah lagi.

Jadi bisa kita tarik kesimpulan, pihak penjajah itu banyak memberikan janji-janji ke Indonesia seperti tidak akan menyerang lagi, memberikan balas budi, atau memberikan kemerdekaan lalu Indonesia sebagai balasannya memberikan apa yang mereka minta seperti gencatan senjata, mundur dari wilayah kekuasaan penjajah, sampai bekerja keras untuk penjajah. Setelah mendapatkan semua itu, penjajah kembali menyerang Indonesia dan mengkhianati janji-janji tersebut.

Kesel gak sih kalian setiap belajar tentang itu? Jujur aku sendiri kesal baik ke Indonesianya yang tidak belajar dari pengalaman dan penjajahnya yang berkhianat terus. Kenapa sih buat perjanjian, buat sumpah, kalau akhirnya dilanggar juga? Indonesianya juga, buat apa percaya terus walaupun sudah dikhianati terus? Sudah kesal, ditambah lagi harus mengafalkan nama-nama pahlawan, tahun-tahun perang, isi-isi perjanjian, dan segala detail-detail lainnya. Diulang-ulang lagi pelajarannya dari masih pakai rok merah sampai sekarang rok abu-abu belajarnya masih tentang politik etis, VOC, Sumpah Pemuda, dan kawan-kawannya.

Alasan-alasan di atas yang buat aku malas belajar sejarah. Semuanya memuncak saat aku SMA ini, sudah pilih jurusan IPA masih saja belajar sejarah. Buat apa sih? Toh isinya sama juga. Materinya itu-itu juga. Hasil perangnya itu-itu juga. Dulu aku pernah dengar katanya belajar sejarah itu untuk meningkatkan cinta pada Indonesia. Aku bukannya cinta malah kesal, malah sedih. Sampai akhirnya guru pelajaran Sejarah aku di kelas 11 ini menjawab pertanyaan itu. Dia bilang kita mempelajari sejarah Indonesia itu agar kita bisa belajar dari kesalahan pemuda dan pemudi Indonesia terdahulu. Kalau dulu mau ditipu, sekarang jangan sampai tertipu. Kalau dulu mau ditindas, sekarang jangan sampai tertindas. Kalau dulu menderita, sekarang jangan sampai tetap menderita.

Di lihat dari topik itu, pemuda Indonesia masa kini dapat dibagi menjadi 3 golongan. Ada golongan yang mau belajar, golongan yang tidak mau belajar, dan golongan yang salah belajar. Golongan pemuda yang mau belajar adalah golongan pemuda-pemudi Indonesia yang mau belajar dari kesalahan Indonesia di masa lampau dan berhasil menghindarinya di kehidupan sekarang. Golongan pemuda yang tidak mau belajar ini adalah golongan yang masih melakukan kesalahan yang sama dengan pemuda-pemudi Indonesia di masa lampau. Sudah tahu perjuangan pemuda-pemudi bisa digagalkan oleh penjajah karena mudah dipecah belah, masih saja tidak mau bersatu. Sudah tahu kalau para pemimpin perjuangan bisa ditangkap karena mau saja diajak  “berunding” padahal yang lain sudah sering ditangkap saat “berunding”, masih saja mau ditipu oleh janji-janji palsu. Golongan ketiga ini yang palih parah menurutku. Golongan yang salah belajar. Mereka adalah pemuda-pemudi yang ingin menyelamatkan diri dari penderitaan dan kegagalan bukannya belajar dari kesalahan Indonesia tapi malah belajar dari kejahatan penjajah. Tidak mau ditipu akhirnya malah jadi penipu. Tidak mau dipecah belah malah jadi pemecah. Tidak mau menderita akhirnya merampas hak orang lain. Tidak mau dikhianati akhirnya malah jadi pengkhianat.

Adanya 3 golongan inilah yang membuat Indonesia berada pada kondisinya pada saat ini. Golongan yang salah belajar sekarang menindas golongan yang tidak mau belajar. Indonesia dijajah oleh Indonesia sendiri. Sementara golongan yang mau belajar nasibnya sama dengan para pejuang Indonesia yang berjuang dengan senjata. Karena bersifat individual, jumlahnya sedikit, tidak didukung oleh lingkungannya, dan tidak memiliki modal yang cukup akhirnya perjuangannya untuk membawa Indonesia menuju keberhasilan gagal.

Padahal tujuan kita itu sama loh. Impian kita untuk Indonesia pasti pada intinya sama. Kita semua mau Indonesia bisa menjadi negara yang merdeka secara sepenuhnya. Indonesia bisa menjadi negara yang maju, yang makmur, yang menyediakan keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Indonesia bisa menjadi negara yang memberikan contoh dan inspirasi bagi negara-negara lain yang sedang berjuang untuk kemerdekaan mereka, juga bagi negara-negara yang sudah merdeka dan sedang berjuang untuk kemakmuran mereka. Untuk mencapai tujuan dan impian ini semuanya bergantung pada generasi muda Indonesia.

Untuk membawa Indonesia menuju posisi yang kita harapkan bagi Indonesia, kita sebagai pemuda dan pemudi Indonesia perlu menjadi golongan pertama, golongan yang mau belajar. Sebagai pemuda kita hanya perlu mengaca dari kesalahan terdahulu dan mencari jalan agar terhindar dari kesalahan-kesalahan tersebut, agar bisa melindungi Indonesia untuk masuk ke lubang yang sama. Jadi pemuda dan pemudi itu jangan mau ditipu oleh orang lain tapi jangan juga menipu orang lain. Jadi pemuda dan pemudi itu jangan mau dipecah belah kalau mau maju, tapi jangan juga memecah belah orang lain hanya untuk maju. Jangan sampai kita sebagai generasi muda menjadi golongan yang terjajah di negeri sendiri apalagi menjadi golongan yang menjajah negeri sendiri.

Dengan begitu, mungkin kita bisa menghilangkan pertanyaan “kok sejarah kita begitu-begitu saja sih?” di pikiran pemuda-pemudi Indonesia di tahun-tahun mendatang.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *