Melawan? Mengapa Tidak?

Hai semuanya!! Jadi, artikel ini adalah artikel pertama yang gue buat di PIDAS. Hehe. Maklum ya, anak baru. Nah, di artikel pertama gue ini, gue mau bahas tentang beberapa karya seni yang dibuat oleh seniman-seniman GSRB. Mungkin beberapa dari kalian bakal mikir, “Hah? Apaantuh GSRB?” Terdengar asing, memang. Jadi sebelum kita bahas karya seninya, lebih baik kita bahas dulu ya apasih GSRB itu.

GSRB itu adalah singkatan dari Gerakan Seni Rupa Baru atau bisa juga disebut dengan New Art Movement. Gerakan ini diprakarsai oleh sekolompok mahasiswa seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) di Bandung dan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI, atau lebih sering dikenal dengan “ASRI”) di Yogyakarta. Kelompok mahasiswa ini terdiri dari enam belas orang, diantaranya ada; F.X. Harsono, Hardi, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, Jim Supangkat, Siti Adiyati, S.Prinka, dkk. Tujuan mereka membuat gerakan ini adalah untuk menentang monopoli seni yang dilakukan oleh sekelompok seniman yang juga merupakan senior-senior yang sekaligus menjadi pengajar mereka di kampus. Jadi, dulu sebelum adanya gerakan ini, segala ide-ide seni beraliran baru dikekang keberadaannya oleh senior-senior mereka ini, ih! jahat ya. Karena itu pada tanggal 2 sampai dengan 7 Agustus 1975, mereka mengadakan sebuah pameran seni di Taman Ismail Marzuki (TIM) yang bertajuk “Pasar Raya Dunia Fantasi” sebagai bentuk penolakan terhadap monopoli seni yang dilakukan oleh senior-senior mereka itu. Nah, penasaran kan bentuk karya seni mereka itu gimana? Berikut beberapa foto pada saat pameran “Pasar Raya Dunia Fantasi” berlangsung:

1327638182    1357796129

1357796133         1357796151

1357796147    1357796138  Image Source: http://archive.ivaa-online.org/artworks/detail/1422

Gimana? Bagus-bagus kan hasil karya mereka? Coba kalau sekarang masih ada pameran ini, pasti banyak banget yang datengin deh. Lumayan kan, bisa mempercantik feeds instagram. Hehe.

Setelah kita bahas tentang GSRB, saatnya kita bahas hasil karya salah satu seniman GSRB. Karya yang bakalan gue bahas kali ini berjudul “The Flag of Red and White” hasil tangan handal milik Munni Ardhi.

detail_o8ACaZphWV_45_the_flag_of_red_and_white__bonyong_m__1995_jpgImage Source: http://galeri-nasional.or.id/collections/706-the_flag_of_red_and_white

Warna merah dan putih diartikan sebagai bendera Indonesia serta ia artikan pula sebagai ruang hidup bangsa Indonesia. Di bagian bawah terdapat tujuh figur bayi tanpa kepala yang menyiratkan banyaknya generasi jaman sekarang yang lahir tanpa rasa kebangsaan dalam diri. Selain itu, tujuh figur bayi ini juga menyimbolkan akan banyaknya korban dari kasus penyimpangan sosial politik yang marak terjadi di Indonesia. Serem ya bayi tanpa kepala, untung ga pake bayi beneran!! Ngeri. Dari karya ini dapat ditangkap kritik yang dilayangkan oleh Munni Ardhi perihal nasionalisme bangsanya. Empatinya terhadap kondisi sosial masyarakat yang timpang, nilai-nilai kemanusiaan yang telah tercerabut, hilangnya identitas kultural berikut nasionalisme yang absurd menjadi titik berat karyanya yang satu ini.

Kalian sadar, nggak sih? Dari tadi tujuan gue bahas GSRB sama “The Flag of Red and White” itu apa? Betul sekali! Apalagi kalau bukan dijadikan sebagai contoh konkrit dari visi PIDAS; “Bergerak berinovasi, berkarya menginspirasi”

Sekarang kalian sudah tau kan, kalau para pendiri GSRB telah berhasil menembus tembok monopoli seni yang dibangun oleh senior-seniornya sendiri? atau karya seni “The Flag of Red and White” beraliran modern pada masanya yang begitu berani mengungkapkan kritik pedas mengenai kondisi sosial politik bangsa Indonesia? itu adalah salah satu contoh inovasi positif yang dapat menginspirasi kita sebagai anak muda agar kita bisa berani melawan segala hal-hal negatif yang ada disekitar kita. Tentunya, melawan dengan hal-hal yang positif serta cerdas, ya. Spread love not hate!

Sekian artikel pertama yang gue buat. Thanks for reading, readers!♡

Source: https://senirupasmasa.wordpress.com/2012/10/23/gerakan-seni-rupa-baru-di-indonesia/

http://galeri-nasional.or.id/collections/706-the_flag_of_red_and_white

http://www.artatak.net/eng/projects_gerakan_seni_rupa_baru_lecture.htm

One thought on “Melawan? Mengapa Tidak?

Leave a Reply to Mikaela Nordwall Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *