Perempuan, Aurat, dan Perbuatannya

Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka

menutup-aurat-sesuai-syariat 

 

Begitulah sebagian potongan hadits Rasulullah SAW tentang perempuan agar menjaga aurat mereka sendiri. Menjaga kehormatan dan harga diri manusia khususnya kehormatan perempuan adalah suatu asas yang telah diterima dalam agama serta dalam seluruh aturan-aturan dan hukum-hukumnya. Wajib bagi perempuan untuk menjaga aurat mereka sendiri, terutama dari kaum adam yang tidak mempunyai hubungan darah dengan perempuan yang bersangkutan.

 

Apabila di lihat pada nilaian dunia, barang – barang berharga seperti intan, berlian, permata, di bungkus rapi dan disimpan pula di dalam peti besi yang berkunci. Begitu juga perempuan. Perempuan tidak selayaknya mengorbankan aurat dari dirinya hanya semata mata untuk mengejar pangkat, derajat, nama, harta, dan kemewahan dunia.

 

Namun pada kenyataannya banyak perempuan yang sudah membuka aurat mereka hanya untuk kepuasan kaum adam semata-mata. Bahkan dengan keji-nya, kaum adam yang mempunyai hubungan darah dengan seorang hawa memaksanya untuk membuka aurat untuk kepuasan kaum adam semata mata.

 

Oleh karena itu, diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga aurat dan menutup sebagian dari pada tubuhnya. Tidak perlu di wajibkan menjadi wanita yang shalihah yang selalu menutup dirinya dengan balutan kain yang panjang, tebal dan terkesan “lebay” bagi segelintiran orang. Namun, pada dasarnya untuk apa menutup diri dan aurat apabila akhlak dari perempuan itu tidak bisa di jaga dengan baik. Masih ada dari mereka yang sudah menutup seluruh auratnya namun tidak bisa menjaga setiap perkataan dan perbuatan dari mereka. Jadi, untuk apa gunanya menutup aurat seluruh badan apabila akhlaknya sendiri tidak di jaga.

 

Well, memang setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Dan wajar apabila beberapa kali kesalahan itu terulang secara sengaja ataupun tidak sengaja. Dan tidak ada salahnya bagi perempuan yang sudah menutup aurat seluruh badan mereka untuk melakukan kesalahan atau dosa. Namun pada kenyataannya, banyak dari masyarakat Indonesia selalu menganggap seorang perempuan yang sudah menutup aurat seluruh badan haruslah sopan, bertutur kata lembut, ramah, senyum, rendah hati, anggun dan segelintiran sifat sifat yang baik. Dan apabila seorang perempuan tersebut melakukan kesalahan kecil saja, mereka terlalu membesar-besarkannya dan menjadikan topik tersebut sebagai bahan cibiran semata tanpa mengetahui alasan dari perempuan tersebut. People do judge. Mirisnya lagi, apabila sang perempuan melakukan kesalahan, semua orang selalu menyalahkannya dan membawa bawa ke agama dibanding perempuan yang auratnya tidak tertutup seluruh tubuh.

 

Kenyataan inilah yang semakin membuat perempuan semakin ragu untuk memakai kerudung atau menutup seluruh tubuh mereka. Parahnya lagi, mereka malah semakin berani untuk membuka hampir keseluruhan aurat mereka di depan orang orang yang tidak muhrim ataupun menonjolkan lekuk tubuhnya di depan umum dan mem-posting di beberapa social media mereka.

 

Pada dasarnya, perempuan menutup seluruh tubuh memang harus dari niat dengan hati dan sikap yang sudah dewasa tentunya. Dan apabila di lihat dari alasan seorang perempuan yang belum sepenuhnya menutup aurat mereka, mereka hanya menjawab “belum siap” ataupun “masih pengen seperti ini”. Bagi saya pribadi, saya memang masih berada di zona nyaman seperti ini dan belum sepenuhnya siap dengan segala konsekuensinya. Seperti contoh, saya masih memakai celana pendek selutut saat berpergian. Dan bagi saya, tidak bermasalah apabila saya saat ini sudah menutup aurat saya, hanya banyak sekali perubahan yang harus saya lakukan. Karena, terus terang apabila saya membuat kesalahan, pasti itu akan menyangkut dan membawa nama agama.

 

Apabila dilihat dari sisi lainnya, semua sifat dan sikap seorang perempuan dalam menutup aurat bergantung dari bagaimana tanggapan orang dalam menilai dia. Kita mengikuti sikap sesuai dengan orang orang yang mereka nilai tentang kita. Kita berasumsi bahwa dengan perkataan orang lain, kita akan berasa lebih baik. Karena seseorang yang melihat perilaku kita dan bagaimana cara orang lain menilai perilaku kita.

 

Pada intinya, setiap manusia mempunyai pilihan hidup masing masing dengan konsekuensi yang berbeda di setiap pilihan tersebut. Tergantung bagaimana cara mereka menjalani apa yang telah mereka pilih. Memakai ataupun tidak memakai kerudung, menutup aurat sepenuhnya atau sebagian, Akhlak baik ataupun buruk itu adalah pilihan hidup yang harus di jalani. Jadilah manusia cerdas yang mempunyai akal untuk mengetahui akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, pilihan yang baik dan harus di jalani dengan pilihan yang harus di hindari. Tuhan yang merencanakan, kita yang menjalani dan orang lain yang berkomentar.

 

Jika engkau menutupi auratmu sepenuhnya dan ada orang yang mempermasalahkan akhlakmu. Katakan pada mereka bahwa di antara akhlak dan menutup aurat sepenuhnya adalah dua hal yang berbeda. Menutupi seluruh aurat tubuh adalah murni perintah Tuhan (allah SWT) untuk perempuan muslim yang sudah baligh tanpa memandang usia baik ataupun buruknya akhlak. Sedangkan akhlak adalah budi pekerti yang bergantung kepada pribadi masing – masing. Jika seorang perempuan yang telah menutupi seluruh auratnya melakukan kesalahan atau dosa, bukan semata – mata karena penutup badan tersebut, melainkan akhlaknya.

Yang telah menutupi seluruh auratnya belum tentu berhati mulia, namun yang berakhlak mulia pasti telah menutupi seluruh auratnya.

file (1)

 

Tsuraya Mona (New)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *